Author : Park Jina
Cast :
- Goo Hana
- Do Kyung Soo a.k.a D.O EXO K
- Other Cast
Genre : Sad Romance
Rating : General
Annyeonghaseyo yeoreubun #TereakPakekCangkangDdangkoma *ehh
yeaaaahhhh akhirnya saya bisa membuat ff one shoot. biasa juga niatnya pengen bikin oneshoot tapi malah twoshoot dan akhirnya ga kelar - kelar.
akhir - akhir ini saya pengen banget baca ff yang castnya D.O tapi kenyataannya tiap baca ff kebanyakan castnya selingkuhan saya yaitu si Kai.
YESUNGdahlah, WOOKIElah, oKAIlah monggo di nikmati ff dari author ^^
mian kalo aneh dan banyak typo
happy reading
keep kece ^^
-------------------------------------------
Hana POV
Mimpi. Ya, mungkin aku sedang bermimpi saat bertemu denganmu. Mungkin aku sedang bermimpi saat jatuh cinta padamu. Dan aku benar – benar sedang bermimpi saat menginginkan dirimu menjadi namja chinguku.
Do Kyung Soo. Entah sejak kapan aku mulai jatuh cinta padamu. Aku jatuh cinta pada mata indahmu, aku jatuh cinta pada senyum manismu, aku jatuh cinta pada wajah tampanmu, aku jatuh cinta pada suara emasmu. Aku jatuh cinta pada semua yang ada dalam dirimu. Apa kau tau itu Do Kyung Soo? Aku rasa tidak. Bahkan kau pasti tidak menganggapku ada. Karna seingatku kita memang jarang bercakap – cakap. Sekalipun selama tiga tahun ini kita berada dalam satu sekolah bahkan satu kelas.
Ahh, ya aku ingat percakapan pertama kita. Saat itu kita baru kelas 1 SMA, kau yang terlihat kebingungan berjalan mondar – mandir sambil menggaruk tengkukmu. Aku hanya memperhatikanmu sambil pura – pura membaca buku. Tiba – tiba kau datang mengahmpiriku dan bertanya sesuatu pada diriku.
“Maaf mengganggu. Apa kau tau ruang kepala sekolah?”
“Ne, ada dilantai atas.”
“Gomawo.”
Kaupun berlalu menuju lantai dua. Mungkin itu percakapan pertama kita sekaligus terakhir. Karna setelah itu tidak ada percakapan yang berarti antara kita. Kau terlalu sibuk sebagai namja populer yang slalu di elu – elu kan banyak orang. Sedangkan aku, aku hanya yeoja biasa yang slalu mencintaimu Do Kyung Soo.
***
“Hana~ya, ayo temani aku kekantin.”
“Aku sedang malas, Aerin~ah.”
“Ayolah Hana, aku lapar.”
“Ne arrasaeo.”
Dengan malas aku mengikuti langkah Aerin menuju kantin. Kantin disini sudah sesak oleh siswa – siswa lain. Sejujurnya aku tidak suka tempat ramai seperti ini.
Sambil menunggu Aerin memesan makanan aku duduk di sebuah bangku di pojokan kantin. Kusenderkan kepalaku di tembok sambil memejamkan mata. Sekilas kulihat di belakangku ada beberapa yeoja yang sedang bergosip ria. Benar – benar memuakkan. Aku sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan mereka. Tapi telingaku terusik juga saat kudengar mereka menyebut nama Do Kyung Soo. Dengan menggeser posisi dudukku menjadi tegak aku mencoba mendengarkan pembicaraan mereka.
“Iya Do Kyung Soo. Sekarang mereka berpacaran.”
“Assh, kau ini. Mana mungkin.”
“Mungkin saja, mereka berdua kan sama – sama populer.” Kenapa mereka ini? Kenapa mereka tidak menyebutkan nama gadis itu.
“Choi Sulli benar – benar beruntung.”
Mwo? Sulli? Sulli anak kelas 2 itu? Mataku memanas. Degup jantungku tak beraturan, ada rasa sesak yang memenuhi dadaku. Do Kyung Soo, apa ini benar? Apa benar yang mereka katakan?
Aku tak dapat menahan air mataku lagi. Dengan perasaan kacau aku keluar dari kantin itu dan berlari kemanapun kakiku membawaku pergi. Tapi kenapa aku harus menangis? Ini bukanlah urusanku. Harusnya aku tak menangis. Ingatlah Hana kau bukan siapa – siapa dari seorang Do Kyung Soo. Tapi hatiku berkata lain. Rasa sakit ini tak bisa kututupi. Air mata masih saja mengalir bersama hancurnya persaanku. Do Kyung Soo, apa kau tau sekarang aku sedang menangisimu?
***
Dengan langkah gontai aku berjalan pulang menyusuri jalanan Seoul. Ini sudah malam, tak pantas memang siswa SMA sepertiku berkeliaran dimalam hari, apalagi masih menggunakan seragam SMA. Tapi bagaimana lagi, hatiku sudah terlanjur kacau dan saat ini yang ada dipikiranku hanyalah menghilangkan rasa sakit ini. Rasa yang sungguh menyiksa.
Mencintai seseorang secara diam – diam selama tiga tahun bukanlah hal mudah. Apalagi seseorang yang aku cintai adalah Do Kyung Soo. Anak pemilik sekolah yang terkenal sangat kaya. Dan juga dia termasuk siswa populer di sekolah. Aku rasa aku salah mencintai orang. Tak seharusnya aku jatuh cinta pada orang seperti dia. Dia hanyalah mimpi bagiku.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 22:00 KST. Aku yang sudah merasa lelah memutuskan untuk pulang kerumah. Aku tak peduli dengan keadaan sekitar. Terserah saja jika disini banyak penjahat yang menanti seseorang untuk menjadi korbannya. Aku justru berharap penjahat itu akan menangkapku lalu membunuhku. Ciih, ironi memang.
***
“Hana, apa kau sudah dengar kabar itu?”
“Kabar apa?”
“Do Kyung Soo.”
“Do Kyung Soo? ada apa dengannya?”
“Dia mengalami kecelakaan.”
“Mwo? Kecelakaan?”
“Yaa, kau ini. Aku tau kau terkejut, tapi bisakah kau pelankan suaramu eoh?”
“Bagaimana kondisinya? Apakah dia terluka parah? Dirawat dimana dia sekarang?”
“Mollayo. Aku hanya tau dia dirawat di rumah sakit Seoul.”
Secepat kilat kuambil tasku yang tergeletak dimeja dan segera berlari keluar sekolah munuju rumah sakit. Air mataku sudah tak terbendung lagi. Butiran bening itu mengalir deras dipipiku. Tak kupedulikan Aerin yang berteriak memanggilku. Saat ini aku hanya peduli pada Do Kyung Soo. Ya, Do Kyung So.
Sampai diluar sekolah aku segera menyetop taksi dan menuju rumah sakit. Aku tau ini salah, membolos saat pelajaran sekolah. Tapi bagiku, Kyung Soo lebih penting saat ini.
15 menit kemudian aku sudah sampai di rumah sakit. Setelah membayar ongkos taksi aku segera berlari kedalam rumah sakit dan bertanya pada seorang perawat dikamar mana Kyung Soo dirawat. Belum sempat aku mengatur nafas, aku kembali berlari menuju kamar dimana Kyung Soo dirawat.
Dengan perasaan yang tak tentu aku terus berlari. Bayangan wajah Kyung Soo menghiasi pikiranku. Kyung Soo~ah, bagaimana keadaanmu?
Akhirnya sampai juga. Sekarang aku sudah berada didepan kamar Kyung Soo. kuatur nafasku yang tak beraturan dan menghapus keringat yang membanjiri tubuhku. Dengan langkah pelan aku mendekati pintu kamar itu. Untungnya dipintu kamar itu terdapat kaca tembus pandang, jadi aku bisa melihat kedalam kamar tanpa harus masuk.
Aku melihat tubuh Kyung Soo terbaring lemah di tempat tidur. Seragam sekolahnya yang berwarna putih kini berubah warna menjadi merah. Wajah tampannya penuh dengan darah. Aku tak tahan melihat semua ini. Air mataku semakin deras mengalir. Bertahanlah Do Kyung Soo, aku yakin kau akan bertahan.
Aku segera pura – pura duduk saat dokter yang tadi merawat Kyung Soo keluar. Wajahnya terlihat tegang. Lalu dokter itu berbicara pada suster yang tadi juga berada didalam.
“Aku tidak yakin dengan keadaannya. Dia kehilangan banyak darah. Dan lagi kedua matanya terkena pecahan kaca yang merobek kornea matanya.”
DEGG. Pernyataan dokter barusan seakan membuat dunia ini runtuh mengenaiku. Kakiku terasa lemas, tubuhku bergetar hebat. Andwae, ini tidak boleh terjadi. Tidak akan terjadi apa – apa dengan Do Kyung Soo. dia pasti akan bertahan.
“Itu artinya dia tidak bisa melihat lagi dok?”
“Sepertinya begitu, karna pecahan kaca itu terlalu dalam mengenai korneanya.”
“Harus ada yang mendonorkan kornea mata untuknya.”
Mendonorkan kornea mata? Tapi siapa yang mau mendonorkan matanya? Aku? Ya, aku bisa mendonorkan mataku. Sedikit berlari aku mengejar dokter yang tadi merawat Kyung Soo. ini mungkin tindakan gila yang pernah kulakukan, tapi nyatanya hidup Kyung Soo lebih penting. Aku tak ingin terjadi apa – apa dengannya.
“Uisa Seonsaengnim chamkkaman.”
“Ne.”
“Apa pasien bernama Do kyung Soo membutuhkan donor mata?”
“Ne. apa kau keluarga dari Do Kyung Soo?”
“Aniya. Apa kau boleh aku mendonorkan mataku?”
“Mwo?”
***
“Tapi dokter, bukankah Do Kyung Soo membutuhkan donor mata?”
“Kau benar, tapi tidak sembarang orang bisa melakukan donor.”
“Maksudnya?”
“Hanya orang yang sudah meninggal yang bisa mendonorkan organnya. Lagipula dalam kasus Kyung Soo, dia membutuhkan dua donor mata karna kedua korneanya sudah rusak akibat kecelakaan tadi.”
“Aku tidak peduli, aku bersedia menjadi pendonor untuk Kyung Soo, aku bersedia setelah melakukan pendonoran ini aku tak bisa melihat lagi. Jebal seonsaengnim.”
“Apa kau sadar betul apa yang sedang kau lakukan?”
“Ne.”
“Baiklah kita bisa melakukan pendonoran ini.”
“Jeongmal? Ahh, gamsahamnida.”
***
“Hana~ssi, apa kau siap?”
“Ne. hajiman, aku punya satu permintaan.”
“Apa itu?”
“Jangan beri tahu siapapun bahwa aku yang menjadi donor mata untuk Kyung Soo. jika mereka menanyakan tentangku katakan saja bahwa aku sudah meninggal.”
“Ne Hana~ssi.”
“Gomawo.”
***
Author POV
Kini Hana dan Kyung Soo berada dalam satu ruang operasi. Hana menengok kearah Kyung Soo yang terbaring tak berdaya. Air matanya kembali meleleh. Perlahan tangan Hana mencoba menyentuh tangan Kyung Soo. Diusapnya tangan Kyung Soo yang terasa dingin. Dalam hati Hana berkata, “Kyung Soo~ah, bertahanlah. Aku tau kau namja yang kuat. Bertahanlah ne. Mungkin ini adalah terakhir kalinya aku bisa melihatmu, setelah ini aku tak bisa melihatmu lagi. Tapi tenang saja, aku akan selalu mengingat wajahmu. Aku akan slalu mengingatmu. Karna aku mencintaimu, sangat – sangat mencintaimu. Tetaplah tersenyum, jangan pernah bersedih apalagi menangis. Kyung Soo~ah, setelah ini aku akan pergi jauh. Pergi jauh dari hidupmu. Gomawo, sudah hadir dalam hidupku. Gomawo, sudah menjadi penyemangat hidupku. Tuhan, terima kasih karna telah menciptakan Do Kyung Soo, dan mengijinkanku mencintainya. Kyung Soo~ah, saranghae, jeongmal saranghae.”
Hana kini sudah benar – benar menutup matanya karna efek dari obat bius yang di suntikkan di pergelangan tangannya. Sementara itu tim dokter sibuk melakukan operasi pendonoran mata.
1 jam berlalu. Akhirnya operasi berjalan lancar. Dengan wajah sumringah dokter menyuruh 2 orang perawat untuk segera memindahkan Kyung Soo dikamar rawat. Tapi wajah dokter itu berubah menjadi sedih saat memandang Hana yang masih tak sadarkan diri dalam pengaruh obat bius.
“Kau gadis yang pemberani Hana~ya.” Ucap dokter itu sambil meneteskan air mata.
1 bulan kemudian…
“Hana~ya, hari ini kau sudah boleh pulang.”
“Hari ini juga hari pelepasan perban mata Kyung Soo bukan?”
“Ne, kau benar. Apa kau mau melihatnya.”
“Aku sudah tak bisa melihat Dokter.” Ucap Hana sambil terkekeh geli.
“Mianhae, Hana.”
“Gwenchana dokter. Apa aku boleh berada didepan kamarnya saat pelepasan perban dimatanya?”
“Tentu saja.”
Hana pun tersenyum. Senyum yang sangat manis.
Hana berjalan selangkah demi selangkah menuju kamar rawat Kyung Soo dengan dipapah seorang suster. Senyuman tak pernah lepas dari wajah manisnya.
“Nah, Kyung Soo, sebelum aku membuka perban ini apa ada yang ingin kau katakan?”
“Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih pada seseorang yang telah rela mendonorkan matanya untukku. Seandainya dia masih hidup pasti aku akan menemuinya secara langsung dan mengucapkan trima kasih.”
Hana tersenyum mendengar perkataan Kyung Soo.
“Baiklah kalau begitu aku akan melepas perban ini.”
Perlahan dokter mulai melepas perban yang menutupi mata Kyung Soo. setelah selesai dokter menyuruh Kyung Soo untuk membuka matanya secara perlahan. Kyung Soo mulai membuka matanya dan mengerjab – ngerjabkan matanya menyesuaikan dengan cahaya disekitarnya.
“Bagaiman Kyung Soo, apa kau sudah bisa melihat?” Tanya Eomma Kyung Soo penuh harap.
“Eomma.” Jawab Kyung Soo merentangkan tangannya hendak memeluk eommanya.
“Kyung Soo~ah, syukurlah.”
Hana POV
Do Kyung Soo, aku senang kau bisa melihat kembali. Do Kyung Soo, aku yakin saat ini kau pasti sedang tersenyum. Tetaplah tersenyum, aku suka senyumanmu.
Author POV
Hana berlalu dari depan kamar Kyung Soo dengan tangis bahagia. Meskipun kini dia tak bisa melihat dunia, tapi setidaknya Kyung Soo, namja yang dicintainya bisa melihat kembali. Dan itu jauh lebih penting bagi Hana.
Setelah ini Hana memutuskan untuk kembali ke kampong halaman ibunya di Busan. Dia akan mulai kehidupannya disana. Jauh dari kyung Soo.
***
“Apa kami pihak rumah sakit perlu mengantarmu?”
“Ani, sudah ada keluarga yang akan menjemputku.”
“Baiklah kalau begitu. Jaga diri baik – baik ne.”
“Ne.”
Hana POV
Dengan ditemani seorang suster aku berjalan meninggalkan rumah sakit ini. Tapi sebelumnya, aku ingin kekamar Kyung Soo untuk mengucapkan slamat tinggal meskipun dari depan pintu kamarnya.
Kyung Soo~ah, meski saat ini aku sudah tak bisa melihatmu lagi, tapi aku masih bisa merasakan dirimu. Sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu. Saranghae Kyung Soo~ah. Hiduplah dengan baik, annyeonghi kyeseyo.
Akupun segera berlalu dari depan kamar Kyung Soo. Aku bahagia, sangat bahagia. Mulai sekarang dan seterusnya aku bisa bermimpi tentang Kyung Soo tanpa takut sakit hati karna melihat Kyung Soo dengan gadis lain. Kyung Soo~ah, saranghae.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar