Title : When
You’re gone
Author : Sylvie Mamao (@Hacker_1004)
Cast :
- Kris Wu / Wu Yi Fan EXO M
- Qian Jing Fei
-Other Cast
Genre : Sad Romance, Angst, Hurt
Rating : General
Song : Avril Lavigne – When Youre Gone
Cast :
- Kris Wu / Wu Yi Fan EXO M
- Qian Jing Fei
-Other Cast
Genre : Sad Romance, Angst, Hurt
Rating : General
Song : Avril Lavigne – When Youre Gone
Annyeong J author kece nan unyu
is back!!
Hwaahh akhirnya setelah hampir empat bulan hiatus
dalam dunia per-ff-an author balik lagi dengan ff gaje satu ini._.
Mianhae untuk segala kekurangan dalam ff ini, maklum
empat bulan sama sekali gak nulis ff kekekekeke *alibi
Oh ya dalam ff ini author sengaja nambahin beberapa
dialog berbahasa mandarin, nah berhubung author masih dalam tahap belajar
bahasa mandarin jadi mohon maaf kalo ada kesalahan dalam penyusunan kalimatnya
*bow
Udah deh ya, gak banyak bacot happy reading all J
---------------------------------------------------------------
I never thought I’d need you there when I cry
Jing Fei POV
Hujan masih turun dengan derasnya saat aku terbangun
pagi itu. Suasana gelap dan dingin seketika menyambutku saat perlahan kubuka
mataku. Kuedarkan pandanganku keseluruh kamarku yang kini tampak muram, lalu
pandanganku berhenti tepat disamping tempatku berbaring kini. Dingin. Tak
hangat lagi seperti dulu.
And
the days feel like years when I’m alone
And
the bed where youe lie is made up on your side
Flashback
“Minggu depan aku harus kembali ke Beijing.” Ucapmu
siang itu dikantin kampus.
“Eoh, ne.” Jawabku singkat sambil menulis hasil
penelitian skripsiku.
“Aku akan pergi selama satu bulan. Mungkin juga
untuk beberapa bulan.”
Kuhentikan aktifitasku dan segera beralih menatapmu
yang saat itu juga tengah menatapku. Aku mencoba mencari kebohongan dalam
tatapanmu itu, namun yang kutemukan hanyalah tatapan lembut penuh kejujuran.
“Weisheme?”
Tanyaku tegas menuntut jawaban darimu.
“Ada urusan penting yang harus kuselesaikan Jing
Fei~ah.” Jawabmu sambil mengenggam tanganku.
“Urusan apa eoh? Apa harus memakan waktu sampai
berbulan bulan?” Tanyaku lagi dengan suara yang mulai bergetar.
Kau hanya tersenyum dan membelai rambutku. Kris~ah,
bukan jawaban seperti ini yang aku minta.
When
you walk away I count the steps that you take
Do
you see how much I need you right now?
Satu minggu telah berlalu, hari itu adalah hari
keberangkatanmu ke Beijing. Sejak pagi sudah berkali-kali kau menelponku, namun
tak satupun aku jawab. Aku ragu apakah aku harus pergi ke bandara, dan
melepasmu pergi ke Beijing.
Ponselku bergetar untuk kesekian kalinya. Sedikit
ragu kuraih ponselku yang tergeletak dimeja samping tempat tidurku. “30menit
lagi aku akan segera naik pesawat, kumohon datanglah kesini. Wo Ai Ni.” Seperti itulah pesan singkat
yang kau kirim untukku. Dengan tergesa aku berlari keluar apartmentku lalu
segera menyetop taksi.
Tidak butuh lama aku sudah sampai di bandara
Incheon. Aku tidak tau sekarang dimana dirimu, bandara ini terlalu luas untuk
ku jelajahi mencarimu. Aku terus berlari tanpa arah, saat ini yang ada
dipikiranku hanyalah Kris, Kris, dan Kris.
Beberapa menit berlari tanpa arah, membuatku lelah.
Kurogoh saku celanaku dan mengambil ponselku.
“Yaa, neo
eodiga eoh?” Tanyaku cepat begitu kau menerima panggilan dariku.
“Zai zhe li.”
Jawabmu santai.
“Mwo?
Aish, yaa, jangan bercanda.” Ucapku dengan nada marah.
“Zai zhe li,
dibelakangmu Jing Fei~ah.” Ucapmu santai. Setelah itu segera aku menoleh
kebelakang, dan menemukan sosok yang aku cintai tengah tersenyum hangat sambil
merentangkan kedua tangannya.
“Neo!”
ucapku sambil terisak.
“Nappeun neo!”
lanjutku lalu mengahambur dalam pelukanmu. Pelukan hangat yang selalu aku
sukai, aroma tubuhnya seketika menyeruak memenuhi indera penciumanku.
3Months Later
Author POV
Jing Fei terus manatap gelisah pada layar ponselnya,
berharap layar ponselnya menampilkan nama Kris Wu, pria yang sangat
dirindukannya. Ini sudah 3 bulan sejak Kris pulang ke Beijing untuk
menyelesaikan urusan penting yang Jing Fei sendiri tak tahu apa urusan penting
itu.
Ia kembali mendesah kecewa untuk kesekian kalinya.
Pikirannya melayang-layang memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Namun
segera ditepisnya pikirannya tersebut. Lalu dengan langkah tergesa ia segera
memasuki ruang sidang skripsinya.
When
you’re gone
The
pieces of my heart are missing you
When
you’re gone
the
face I came to know is missing too
“Ya Fei~ah, masih belum ada kabar dari Kris eoh?”
Tanya Aerin teman kuliah Jing Fei.
“Belum.” Jawab Jing Fei malas sambil menyeruput coffe milknya.
Aerin hanya menghembuskan nafas berat sebelum
akhirnya berkata, “Fei~ah, mianhae
kalo aku lancang. Tapi apa kau tidak merasa curiga kenapa Kris belum kembali ke
Seoul? Ini sudah tiga bulan Fei. Okelah kalau selama tiga bulan ini Kris masih
mengirimimu kabar, tapi kenyataannya Kris sama sekali tidak mengirimkan kabar
apapun kan?”
Jing Fei menunduk, mencoba memahami ucapan Aerin.
Sebagian hatinya setuju dengan perkataan Aerin, namun sebagian lagi mencoba tak
mempercayai ucapan Aerin.
“Fei, aku hanya tak mau kau kecewa karna menunggu
hal yang tak pasti.” Ucap Aerin lagi sambil mengenggam tangan Jing Fei.
“Entahlah Aerin~ah, aku tak apa yang harus aku
lakukan.” Ucap Jing Fei masih menunduk.
***
When you’re gone
All the words I need to hear to always get me through the day
And make it OK
I miss you
Jing Fei melangkah gontai menuju apartmentnya.
Setelah masuk kedalam apartment, diamatinya keadaan apartmentnya itu. Sepi. Tak
ada canda tawa seperti saat masih ada Kris dulu. Tiba-tiba perkataan Aerin
kembali terngiang dikepalanya. Mungkinkah terjadi sesuatu pada Kris? Batin Jing
Fei.
Jing Fei segera mengambil ponselnya didalam tas dan
segera mengetik sebuah nama di kontak ponselnya. Bingo! Matanya berbinar saat
menemukan nama yang dicarinya ternyata belum dia hapus dari kontak ponselnya.
Dengan perasaan yang campur aduk ditekannya tombol “call”. Tak berapa lama
terdengar sebuah suara diseberang sana.
“Yeoboseo.”
“Yeo..yeobeoseo
Ge” Jawab Jing Fei gugup.
“Nuguseyo?”
“wǒ jiào Qian Jing
Fei, Kris Ge nan pengyou.”
“Qian Jing Fei?”
“Ne, apa
benar ini Xi Luhan Ge?” Tanya Jing
Fei hati-hati.
“....” Tak ada jawaban.
“Yeoboseo.
Yaa, Yeoboseo. Aish yaa.” Jing Fei
berteriak frustasi sambil mengacak-acak rambutnya. Wajah manisnya berubah sedih
dan sedikit kesal. Dia yakin yang barusan ditelponnya adalah Xi Luhan, teman
Kris yang saat ini ada di Beijing.
Matanya kemudian memanas, buliran bening seketika
meluncur membasahi pipinya. Mata sipitnya terpejam, sementara tangannya
memukul-mukul dadanya berharap bisa menghilangkan sesak dihatinya. Beberapa
menit yang lalu ia seperti merasakan ada angin segar saat mengetahui bahwa ia
masih menyimpan nomor ponsel Xi Luhan teman Kris. Namun seketika angin segar
itu berubah menjadi sesuatu yang menyesakkan hatinya.
Sebuah ide gila pun melintas didalam pikirannya. Ia
harus menyusul Kris ke Beijing. Ya, dia harus menyusl Kris ke Beijing. Lagipula
sudah hampir lima tahun dia tak pulang ke Beijing, tanah kelahirannya.
I’ve never felt this way before
Everything that I do
Reminds me of you
Everything that I do
Reminds me of you
***
“Mwo? Kau
mau menyusul Kris Ge ke Beijing?”
Tanya Aerin nampak terkejut.”
“Ne.”
Jawab Jing Fei singkat penuh keyakinan.
“Neo micheoseo
eoh?”
“Aniya,
aku sungguh-sungguh ingin ke Beijing.”
“Lalu setelah kau di Beijing apa yang akan kau lakukan?”
“Aish paboya.
Tentu saja menemui Kris Ge. Keunde, Aerin~ah aku butuh bantuanmu.”
“Bantuan apa?”
Jing Fei hanya tersenyum lalu menarik tangan Aerin
pergi menuju sebuah Coffe Shop yang
tak jauh dari kampusnya. Aerin yang tak tahu apa-apa hanya memandang Jing Fei
bingung, dan menuntut penjelasan dari gadis cina tersebut.
“Bisakah kau bantu aku untuk bekerja disini eoh?”
pinta Jing Fei sambil melakukan aegyo agar Aerin mau membantunya.
“Tapi..”
“Ayolah Aerin~ah tolong aku. Aku membutuhkan
pekerjaan agar mendapat uang untuk pulang ke Beijing. Lagipula bukankah pemilik
Coffe Shop ini namja chingumu eoh?”
“Tapi Fei~ah..”
“Kumohon Aerin.”
Karna tak tega dengan sahabatnya itu akhirnya Aerin
mau membantu Jing Fei. Kedua gadis itu kemudian masuk kedalam Coffe Shop tersebut dan terus melangkah
menuju ruangan sang pemilik Coffe Shop
tersebut. Sebelum benar-benar masuk kedalam, Aerin meminta Jing Fei untuk
menunggunya diluar.
Beberapa menit kemudian Aerin meminta Jing Fei untuk
masuk kedalam. Saat melangkah menuju kedalam Aerin berbisik kepada Jing Fei,
“Kau diterima.” Tak ayal hal itu membuat Jing Fei sangat senang. Jika saat itu
hanya ada dirinya dan Aerin, Jing Fei tak segan untuk memeluk dan mencium Aerin.
“Jing Fei~ah kau bisa mulai bekerja besok.” Ucap
Jong Woon ramah begitu mereka sudah sampai didalam.
“Jeongmalyo?
Ahh gomawo Aerin~ah, Jong Woon~ah.”
***
“Meja 12, tiga Mochacinno.”
Teriak Jing Fei pada berista dimeja pemesanan.
Sudah sebulan Jing Fei bekerja di Coffe Shop milik
Jong Woon –pacar Aerin-. Dan hari ini adalah hari penerimaan gaji pertamanya.
Sejak berangkat kerja tadi pagi hatinya sudah berbunga-bunga membayangkan ia
akan segera berangkat ke Beijing. Kerinduaanya pada Kris sudah tak dapat dibendung
lagi.
Setelah menerima gaji pertamanya Jing Fei segera
pulang. Sesampainya di apartment Jing Fei mengambil sebuah kotak kayu tempat ia
menyimpan semua uangnya hasil dari kerja selama satu bulan ini. Satu bulan
terakhir Jing Fei tak hanya bekerja di Coffe Shop, ia memiliki berbagai
pekerjaan, mulai dari pelayan disebuah rumah makan, menjadi pelayan di
supermarket bahkan sampai menjadi guru privat murid SMA.
Setelah mengeluarkan kotak kayu tersebut, Jing Fei
segera menghitung uangnya. Setelah selesai ia tersenyum senang karna ternyata
ia memiliki cukup banyak uang untuk pulang ke Beijing. Malam itu juga Jing Fei
memutuskan untuk berangkat ke Beijing. Setelah memesan tiket pesawat Jing Fei
segera mengemasi pakaiannya dan beberapa barang lainnya kedalam koper.
Jing Fei melangkah pasti saat memasuki bandara
Incheon. Bibirnya tak berhenti memasang senyum, membuat wajahnya yang manis
semakin terlihat manis. Setelah 10menit menunggu Jing Fei segera masuk kedalam
pesawat karna sebentar lagi pesawat akan take
off.
***
And the clothes you left
they lie on my floor
And they smell just like you
I love the things that you do
they lie on my floor
And they smell just like you
I love the things that you do
Jing Fei menghirup udara dalam-dalam lalu
menghembuskannya perlahan. Matanya langsung berbinar ketika ia telah sampai
dibandara Internasional Beijing. Sambil melangkah keluar, matanya terus
menjelajahi tiap sudut bandara ini. Tidak ada perubahan berarti selama lima
tahun terakhir.
Setelah sampai diluar bandara, Jing Fei segera
menyetop taksi. Selama di Beijing, ia akan menginap dirumah Hwang Liu Yi, teman
lamanya. Jing Fei tak mungkin kembali kerumah orang tuanya yang megah itu. Lima
tahun lalu saat kabur ke Korea bersama Kris, Jing Fei memutuskan tak akan
pernah kembali kerumah orang tuanya.
Jing Fei sudah sampai dirumah Liu Yi. Ia hampir tak
mengenali rumah Liu Yi karna rumah itu kini sudah menjadi rumah bergaya
minimalis. Untungnya ayunan kecil dihalam depan rumah tersebut mengingatkannya
pada rumah Liu Yi.
Dengan ragu Jing Fei melangkah kehalaman rumah
tersebut, dipencetnya bel disamping pintu. Tak berapa lama pintu pun terbuka
menampilkan seorang gadis cantik berperawakan sedang. Jing Fei hampir manangis
ketika melihat Liu Yi untuk pertama kalinya setelah lima tahun. Liu Yi tak
kalah terkejut, dengan perasaan kaget dan senang dipeluknya erat Jing Fei.
“Benarkah ini kau Qian Jing Fei?” tanya Liu Yi
memastikan setelah Jing Fei melepaskan pelukannya.
“Tentu saja ini aku Liu.” Jawab Jing Fei.
“Ah, masuklah, kau pasti sangat lelah.”
Keduanya pun masuk kedalam rumah Liu Yi. Rumah
tersebut terlihat sepi, karna memang hanya dihuni oleh Liu Yi dan kakak
laki-lakinya Hwang Zi Tao. Sementara kedua orang tua Liu Yi sudah meninggal
enam tahun lalu.
“Kupikir kau tak akan kembali ke Beijing setelah
kejadian lima tahun lalu.” Ucap Liu Yi.
“Ada sesuatu yang membuatku harus kembali ke
Beijing, lagipula aku sangat merindukan Beijing.” Jawab Jing Fei tersenyum.
***
We were made for each other
Out here forever
I know we were
Out here forever
I know we were
“Tao gege
kemana? Sejak tadi siang aku tak melihatnya.” Tanya Jing Fei sambil mengunyah makan
malamnya.
“Dia sedang pergi ke Hongkong, urusan bisnis.” Jawab
Liu Yi, sedangkan Jing Fei hanya ber-O ria.
“Ah ya, kau belum bilang apa yang membuatmu pulang
ke Beijing.” Lanjut Liu Yi.
“Ah itu, aku harus menemui Kris gege.” Jawab Jing Fei santai. Jawaban Jing Fei tersebut sukses
membuat Liu Yi batuk-batuk karna tersedak. “Ni
zenme le?” Tanya Jing Fei khawatir sambil memberikan segelas air pada Liu
Yi.
“Menemui Kris ge?”
Tanya Liu Yi lagi.
“Iya, Weisheme?”
“Ti..tidak apa-apa.”
Entah kenapa Jing Fei merasa ada yang disembunyikan
oleh sahabatnya itu. Apalagi wajah Liu Yi terlihat gelisah. Namun Jing Fei
berusaha menepis pikiran itu, lebih baik melanjutkan makan malamnya pikir Jing
Fei.
***
All I ever wanted was for you to know
Everything I do I give my heart and soul
Everything I do I give my heart and soul
Jing Fei sedikit menggeliat saat cahaya matahari
memasuki kamarnya dan mengganggu tidurnya. Dengan malas ia bangun dan turun
kelantai bawah lalu menuju dapur karena mendengar suara berisik dari sana.
“Kau sudah bangun.” Ucap Liu Yi begitu menyadari
kehadiran Jing Fei.
“Iya.” Jawab Jing Fei sambil menguap.
“Ah, Liu Yi apa nanti kau mau ikut denganku?” Tanya
Jing Fei kemudian.
“Kau mau kemana memang?”
“Aku akan pergi kerumah Kris ge, aku sedikit lupa jalannya jadi daripada aku tersesat lebih baik
aku mengajakmu. Kau tak sibuk kan?”
“...” Liu Yi terdiam, wajahnya berubah gelisah
seperti tadi dalam.
“Hei, Liu Yi, kau mendengarku eoh?”
“I..iya aku akan ikut.”
“Xie Xie
Liu Yi.” Ucap Jing Fei tersenyum tulus.
Setelah menghabiskan sarapannya Jing Fei segera
mandi dan bersiap-siap. Tak bisa dipungkiri, jantungnya berdegup tak karuan.
Berkali-kali dihembuskannya nafas pertanda ia sedang gugup. Semburat merah
muncul dipipinya saat ia memikirkan reaksi Kris nantinya ketika mereka berdua.
Jing Fei melangkah keluar, saat ia sudah dihalaman
depan dilihatnya Liu Yi sedang termenung didepan mobil. Jing Fei sedikit
berteriak saat memanggil gadis itu, lalu dihampirinya Liu Yi.
“Kenapa kau melamun?” Tanya Jing Fei.
“Tidak apa-apa, ayo berangkat.”
Diperjalanan Liu Yi lebih banyak diam. Jing Fei
sedikit merasa heran atas perubahan sikap Liu Yi, seingatnya Liu Yi adalah
gadis ceria yang tak bisa diam. Dia bisa bicara seharian tanpa henti bila sudah
bersama Jing Fei. Namun sikapnya saat ini berubah, seperti bukan Liu Yi yang
biasanya. Namun Jing Fei tak terlalu ambil pusing, bayangan akan segera bertemu
dengan Kris sudah menyita pikirannya.
Dua puluh lima menit kemudian mereka sudah sampai
dirumah Kris, rumah Kris terletak dikawasan elit kota Beijing. Jing Fei tampak
sedang menikmati pemandangan rumah-rumah megah melalui jendela mobil. Dulu ia
sering diajak Kris bermain-main disini sepulang sekolah. Ya, dulu. Dulu,
sebelum ia dan Kris kabur ke Korea karna hubungannya dan Kris tak mendapat
persetujuan dari orang tua Jing Fei.
Jing Fei agak ragu begitu ia dan Liu Yi sudah sampai
didepan pintu rumah Kris. Sedikit ragu dipencetnya bel rumah Kris. Dipencetnya
lagi bel tersebut, namun tetap tak ada seseorang yang membukakan pintu
untuknya.
“Fei, mungkin Kris ge sedang pergi. Kita pulang saja ya, besok kesini lagi.” Bujuk Liu
Yi.
“Tunggu sebentar Liu, aku yakin pasti ada orang
didalam.” Jawab Jing Fei sedikit gelisah.
Lalu dari samping rumah muncul seorang laki-laki
berpakaian sedikit lusuh, laki-laki itu mengahampiri Liu Yi dan Jing Fei.
“Mencari siapa?” Tanya laki-laki itu.
“Eum, Kris ge
ada?”
Laki-laki itu sedikit mengerutkan keningnya sampai
akhirnya ia tersenyum sambil berkata, “Apa kalian teman Tuan Muda Kris? Sekarang
Tuan Muda Kris sedang melangsungkan pernikahannya di Hotel Beijing.”
Jing Fei mendadak lemas, kakinya seakan tak mampu
menopang tubuhnya. Seperti ada sesuatu yang menghantam tubuhnya, Jing Fei
merasakan sesak yang luar biasa dihatinya. Matanya memanas, kepalanya terasa
pusing, lalu tiba-tiba semuanya gelap.
***
I can hardly breathe, I need to feel you here with me
Jing Fei mengerjap-ngerjapkan matanya, kepalanya
masih terasa sedikit pusing saat ia mencoba bangun. Dilihatnya Lu Yi menatapnya
dengan menangis.
“Maafkan aku Fei, maafkan aku.” Ucap Liu Yi penuh
penyesalan.
“Harusnya aku memberitahumu lebih dulu Fei.” Lanjut
Liu Yi. Jing Fei merasa heran, namun dia langsung teringat tentang pernikahan
Kris.
“Empat bulan lalu, Wu Group mengumumkan CEO baru
mereka. Aku terkejut, karna ternyata CEO baru itu adalah Kris ge. Aku bertanya-tanya, kalau Kris ge sudah kembali ke Beijing apa kau juga
ikut kembali ke Beijing. Aku mencoba menemui Kris ge, namun aku selalu gagal karna jadwalnya yang padat sebagai
seorang CEO.” Liu Yi menghentikan penjelasan sejenak untuk menatap Jing Fei
yang mulai terisak. Liu Yi hendak tak melanjutkan penjelasan, namun Jing Fei
keburu melarangnya.
“Lanjutkan saja Liu.”
“kemudian, satu bulan lalu aku mendapat sebuah
undangan pernikahan. Undangan tersebut dari Kris ge. Aku membaca siapa nama gadis yang akan menikah dengan Kris ge, dan ternyata itu bukan namamu.
Setelah itu aku mencoba menghubungimu, namun aku sadar aku tak tahu nomor
ponselmu, dan aku juga tak tahu alamatmu di Korea.”
“Kita harus kesana Liu.” Ucap Jing Fei sambil
mencengkram bahu Liu.
Liu Yi menggeleng pelan, “Jangan Fei.”
Tanpa mempedulikan penolakan Liu Yi, Jing Fei segera
mengambil alih kemudi dan melajukan mobilnya menuju tempat pernikahan Kris. Liu
Yi menatap Jing Fei sedih, dalam hati ia sungguh menyesal karna tak memberi
tahu sebelumnya pada Jing Fei.
Jing Fei segera keluar dari mobil begitu mereka
sudah sampai di hotel tempat pernikahan Kris. Liu Yi hanya mengikuti Jing Fei
yang saat ini tengah berlari mencari dimana Kris. Jing Fei tak mempedulikan
orang-orang yang menatapnya dengan tatapan heran karna ia berlari sambil
menangis.
Langkahnya terhenti didepan Hall Room, yang ia yakini sebagai tempat pernikahan Kris. Namu saat
Jing Fei berusaha masuk dua orang penjaga menghalanginya masuk, dan meminta
Jing Fei menunjukkan undangannya.
“Minggir, aku harus menemui Kris.” Teriak Jing Fei
histeris.
“Maaf Nona, anda harus menunjukkan undangan jika
ingin masuk.”
Liu Yi segera merogoh tasnya dan mengambil sebuah
undangan berwarna merah muda. Ia bersyukur karna ia ternyata membawa undangan
tersebut. Dengan cepat ditunjukkannya undangan tersebut kepada dua penjaga
tersebut.
“Maaf membuat kalian menunggu, silahkan masuk nona.”
Sebelum benar-benar masuk kedalam Hall Room, Liu Yi sedikit menarik tangan
Jing Fei dan membisikkan sesuatu.
“Kuharap kau tak melakukan hal bodoh Qian Jing Fei.”
When you’re gone
The pieces of my heart are missing you
The pieces of my heart are missing you
Jing Fei tak memperdulikan peringatan Liu Yi.
Pikirannya sudah terlanjur kalut, dan hatinya sudah terlanjur sakit. Jadi ini
yang dibilang Kris sebagai urusan penting? Jing Fei memegang dadanya yang
terasa sesak, saat melihat Kris menggandeng seorang gadis yang Jing Fei yakin
pasti gadis yang dinikahi Kris.
Jing Fei diam ditempat. Kakinya terasa sulit untuk
berjalan, sedangkan air matanya terus mengalir. Ia hanya menatap Kris dan gadis
itu dari kejauhan, tatapan matanya sudah memperlihatkan betapa sakit hatinya.
Sementara itu Kris terus berjalan menghampiri tamu
undangan sambil menggandeng istrinya mesra. Tiba-tiba nafasnya tercekat saat
pandangannya tertuju pada seorang gadis yang berdiri didekat pintu masuk. Kris
merasa ada puluhan pisau yang manghujam hatinya saat melihat Jing Fei tengah
menatapnya dengan tatapan terluka.
Liu Yi tak tahan melihat Jing Fei yang hanya berdiri
mematung sambil menangis. Ditariknya tangan Jing Fei dan membawanya keluar
ruangan. Kris yang melihat Jing Fei seger mengejar Jing Fei, setelah meminta
ijin pada istrinya untuk keluar dengan alasan pergi ke toilet.
***
When you’re gone
The face I came to know is missing too
The face I came to know is missing too
“Fei~ah, chamkkaman.”
Teriak Kris sambil menarik tangan Jing Fei.
“Lepas ge.”
Ucap Jing Fei ketus dengan suara yang bergetar menahan tangis.
“Aku bisa jelaskan semuanya Fei.”
“Tidak ada yang perlu dijelaskan ge, semuanya sudah jelas.”
“Mianhae
Fei, mianhae.” Ucap Kris lalu menarik
Jing Fei kedalam pelukannya. Jing Fei berusaha berontak, namun tubuhnya yang
sudah lemas tak mampu melepaskan diri dari pelukan Kris yang kuat. Akhirnya
Jing Fei diam, dia hampir merosot jatuh jika Kris tak menahannya.
“Kau jahat ge,
jahat. Nappeun neo!” ucap Jing Fei
lirih namun masih bisa didengar Kris.
“Mianhae
Fei.” Hanya itu yang diucapkan Kris. Dengan air mata yang juga mengalir Kris
terus mengucapkan kata maaf pada Jing Fei.
“Ge, ni
weisheme zheyang dui wo? Aku sudah memberikan semuanya padamu ge. Aku bahkan rela menentang orang
tuaku dan ikut denganmu ke Korea.”
“Mianhae chagi.”
“Wae ge? Naega wae?” Ceracau Jing Fei sambil
menangis.
“Aku membencimu ge,
sangat membencimu.”
Flashback End
***
Suara pintu berderit membuyarkan lamunan Jing Fei,
pandangannya tertuju kearah pintu dan melihat sesosok pria dengan tubuh tegap
berjalan kearahnya. Pria itu adalah Qian Yi Xing kakak Jing Fei.
“Apa kau sudah siap? Satu jam lagi pesawat kita akan
berangkat.” Ucap Yi Xing sambil membelai sayang rambut adiknya.
“Tapi ge,
diluar masih hujan.”
“Aku tau, tapi Mama dan Papa sudah tak sabar ingin
segera bertemu denganmu. Mereka sangat merindukanmu Fei.”
Jing Fei hanya mengangguk. Setelah Yi Xing keluar
dari kamarnya, Jing Fei segera mandi dan bersiap siap. Setelah kejadian tiga
minggu lalu Jing Fei memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Kris dan
melupakan Kris yang sudah bersamanya selama hampir delapan tahun. Sebelum
kembali Korea Jing Fei memberanikan diri menemui kedua orang tuanya dan meminta
maaf atas semua kesalahannya. Orang tua Jing Fei tentu saja memaafkannya dan
mau menerima Jing Fei kembali. Lalu mereka mengajak Jing Fei untuk pindah ke
Vancouver Kanada.
Jing Fei kembali menatap tiap ruangan di
apartmentnya yang dulu pernah ditinggalinya bersama Kris selama lima tahun.
Dengan berat Jing Fei melangkah keluar mengikuti kakaknya.
Dalam hati Jing Fei berkata, “Xie Xie Kris ge, untuk
semua yang telah kau berikan padaku. Sejujurnya aku berbohong saat aku
mengatakan bahwa aku membencimu. Sampai saat ini aku masih sangat mencintaimu.
Tapi, mungkin ini memang takdir yang harus kita jalani. Selamat tinggal ge.”
When you’re gone
The words I need to hear will always get me through the day
And make it OK
I miss you
The words I need to hear will always get me through the day
And make it OK
I miss you
END
Hwaaaahh akhirnya selesai juga ff ini.
Mianhae kalo gak dapet feel, banyak typo dan ceritanya sedikit aneh. Mian juga
kalo ada bahasa mandarin yang salah, maklum author masih dalam tahap belajar
bahasa mandarin hehe *alibi. Kritik dan komen author terima dengan lapang hati J
Keterangan :
1. Weisheme =
Kenapa?
2. Wo Ai Ni =
Aku cinta kamu
3. Neo eodiga = Kamu
dimana?
4. Zai zhe li = Aku
Disini
5. wǒ
jiào
Qian
Jing Fei, Kris Ge nan pengyou = Aku
Qian Jing Fei, pacar Kris.
6. Ni zenme le?
= Kamu kenapa?
7. Xie Xie
= terima kasih
8. Ge, ni weisheme zheyang dui wo?
= Kenapa kau bersikap seperti ini padaku?
Ddaebakk thor. Tapi klo aku boleh aku mau kasih tau vocab mandarin yg salah.
BalasHapusNan Pengyou : itu memang artinya pacar. Tapi pacar cowok bukan pacar cewek. Klo pacar cewek
Nü pengyou dibaca ni pengyou. Udh aku cma mau ksih tw itu.