Jumat, 15 Maret 2013

FF KPop : When Youre Gone [Oneshoot]


Title : When You’re gone
Author : Sylvie Mamao (@Hacker_1004)
Cast :
- Kris Wu / Wu Yi Fan EXO M
- Qian Jing Fei
-Other Cast
Genre : Sad Romance, Angst, Hurt
Rating : General
Song : Avril Lavigne – When Youre Gone




Annyeong J author kece nan unyu is back!!
Hwaahh akhirnya setelah hampir empat bulan hiatus dalam dunia per-ff-an author balik lagi dengan ff gaje satu ini._.
Mianhae untuk segala kekurangan dalam ff ini, maklum empat bulan sama sekali gak nulis ff kekekekeke *alibi
Oh ya dalam ff ini author sengaja nambahin beberapa dialog berbahasa mandarin, nah berhubung author masih dalam tahap belajar bahasa mandarin jadi mohon maaf kalo ada kesalahan dalam penyusunan kalimatnya *bow
Untuk kritik dan saran silahkan mention ke https://twitter.com/Hacker_1004
Udah deh ya, gak banyak bacot happy reading all J
---------------------------------------------------------------

 I always needed time on my own
I never thought I’d need you there when I cry

Jing Fei POV

Hujan masih turun dengan derasnya saat aku terbangun pagi itu. Suasana gelap dan dingin seketika menyambutku saat perlahan kubuka mataku. Kuedarkan pandanganku keseluruh kamarku yang kini tampak muram, lalu pandanganku berhenti tepat disamping tempatku berbaring kini. Dingin. Tak hangat lagi seperti dulu.

And the days feel like years when I’m alone
And the bed where youe lie is made up on your side

Flashback

“Minggu depan aku harus kembali ke Beijing.” Ucapmu siang itu dikantin kampus.
“Eoh, ne.” Jawabku singkat sambil menulis hasil penelitian skripsiku.
“Aku akan pergi selama satu bulan. Mungkin juga untuk beberapa bulan.”
Kuhentikan aktifitasku dan segera beralih menatapmu yang saat itu juga tengah menatapku. Aku mencoba mencari kebohongan dalam tatapanmu itu, namun yang kutemukan hanyalah tatapan lembut penuh kejujuran.
Weisheme?” Tanyaku tegas menuntut jawaban darimu.
“Ada urusan penting yang harus kuselesaikan Jing Fei~ah.” Jawabmu sambil mengenggam tanganku.
“Urusan apa eoh? Apa harus memakan waktu sampai berbulan bulan?” Tanyaku lagi dengan suara yang mulai bergetar.

Kau hanya tersenyum dan membelai rambutku. Kris~ah, bukan jawaban seperti ini yang aku minta.

When you walk away I count the steps that you take
Do you see how much I need you right now?

Satu minggu telah berlalu, hari itu adalah hari keberangkatanmu ke Beijing. Sejak pagi sudah berkali-kali kau menelponku, namun tak satupun aku jawab. Aku ragu apakah aku harus pergi ke bandara, dan melepasmu pergi ke Beijing.

Ponselku bergetar untuk kesekian kalinya. Sedikit ragu kuraih ponselku yang tergeletak dimeja samping tempat tidurku. “30menit lagi aku akan segera naik pesawat, kumohon datanglah kesini. Wo Ai Ni.” Seperti itulah pesan singkat yang kau kirim untukku. Dengan tergesa aku berlari keluar apartmentku lalu segera menyetop taksi.

Tidak butuh lama aku sudah sampai di bandara Incheon. Aku tidak tau sekarang dimana dirimu, bandara ini terlalu luas untuk ku jelajahi mencarimu. Aku terus berlari tanpa arah, saat ini yang ada dipikiranku hanyalah Kris, Kris, dan Kris.

Beberapa menit berlari tanpa arah, membuatku lelah. Kurogoh saku celanaku dan mengambil ponselku.
“Yaa, neo eodiga eoh?” Tanyaku cepat begitu kau menerima panggilan dariku.
Zai zhe li.” Jawabmu santai.
Mwo? Aish, yaa, jangan bercanda.” Ucapku dengan nada marah.
Zai zhe li, dibelakangmu Jing Fei~ah.” Ucapmu santai. Setelah itu segera aku menoleh kebelakang, dan menemukan sosok yang aku cintai tengah tersenyum hangat sambil merentangkan kedua tangannya.
Neo!” ucapku sambil terisak.
Nappeun neo!” lanjutku lalu mengahambur dalam pelukanmu. Pelukan hangat yang selalu aku sukai, aroma tubuhnya seketika menyeruak memenuhi indera penciumanku.

3Months Later

Author POV

Jing Fei terus manatap gelisah pada layar ponselnya, berharap layar ponselnya menampilkan nama Kris Wu, pria yang sangat dirindukannya. Ini sudah 3 bulan sejak Kris pulang ke Beijing untuk menyelesaikan urusan penting yang Jing Fei sendiri tak tahu apa urusan penting itu.

Ia kembali mendesah kecewa untuk kesekian kalinya. Pikirannya melayang-layang memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Namun segera ditepisnya pikirannya tersebut. Lalu dengan langkah tergesa ia segera memasuki ruang sidang skripsinya.

When you’re gone
The pieces of my heart are missing you
When you’re gone
the face I came to know is missing too

“Ya Fei~ah, masih belum ada kabar dari Kris eoh?” Tanya Aerin teman kuliah Jing Fei.
“Belum.” Jawab Jing Fei malas sambil menyeruput coffe milknya.
Aerin hanya menghembuskan nafas berat sebelum akhirnya berkata, “Fei~ah, mianhae kalo aku lancang. Tapi apa kau tidak merasa curiga kenapa Kris belum kembali ke Seoul? Ini sudah tiga bulan Fei. Okelah kalau selama tiga bulan ini Kris masih mengirimimu kabar, tapi kenyataannya Kris sama sekali tidak mengirimkan kabar apapun kan?”
Jing Fei menunduk, mencoba memahami ucapan Aerin. Sebagian hatinya setuju dengan perkataan Aerin, namun sebagian lagi mencoba tak mempercayai ucapan Aerin.
“Fei, aku hanya tak mau kau kecewa karna menunggu hal yang tak pasti.” Ucap Aerin lagi sambil mengenggam tangan Jing Fei.
“Entahlah Aerin~ah, aku tak apa yang harus aku lakukan.” Ucap Jing Fei masih menunduk.
***
When you’re gone

All the words I need to hear to always get me through the day

And make it OK

I miss you

Jing Fei melangkah gontai menuju apartmentnya. Setelah masuk kedalam apartment, diamatinya keadaan apartmentnya itu. Sepi. Tak ada canda tawa seperti saat masih ada Kris dulu. Tiba-tiba perkataan Aerin kembali terngiang dikepalanya. Mungkinkah terjadi sesuatu pada Kris? Batin Jing Fei.

Jing Fei segera mengambil ponselnya didalam tas dan segera mengetik sebuah nama di kontak ponselnya. Bingo! Matanya berbinar saat menemukan nama yang dicarinya ternyata belum dia hapus dari kontak ponselnya. Dengan perasaan yang campur aduk ditekannya tombol “call”. Tak berapa lama terdengar sebuah suara diseberang sana.

Yeoboseo.”
Yeo..yeobeoseo Ge” Jawab Jing Fei gugup.
Nuguseyo?”
wǒ jiào Qian Jing Fei, Kris Ge nan pengyou.”
“Qian Jing Fei?”
Ne, apa benar ini Xi Luhan Ge?” Tanya Jing Fei hati-hati.
“....” Tak ada jawaban.
Yeoboseo. Yaa, Yeoboseo. Aish yaa.” Jing Fei berteriak frustasi sambil mengacak-acak rambutnya. Wajah manisnya berubah sedih dan sedikit kesal. Dia yakin yang barusan ditelponnya adalah Xi Luhan, teman Kris yang saat ini ada di Beijing.

Matanya kemudian memanas, buliran bening seketika meluncur membasahi pipinya. Mata sipitnya terpejam, sementara tangannya memukul-mukul dadanya berharap bisa menghilangkan sesak dihatinya. Beberapa menit yang lalu ia seperti merasakan ada angin segar saat mengetahui bahwa ia masih menyimpan nomor ponsel Xi Luhan teman Kris. Namun seketika angin segar itu berubah menjadi sesuatu yang menyesakkan hatinya.

Sebuah ide gila pun melintas didalam pikirannya. Ia harus menyusul Kris ke Beijing. Ya, dia harus menyusl Kris ke Beijing. Lagipula sudah hampir lima tahun dia tak pulang ke Beijing, tanah kelahirannya.

I’ve never felt this way before
Everything that I do
Reminds me of you
***
Mwo? Kau mau menyusul Kris Ge ke Beijing?” Tanya Aerin nampak terkejut.”
Ne.” Jawab Jing Fei singkat penuh keyakinan.
Neo micheoseo eoh?”
Aniya, aku sungguh-sungguh ingin ke Beijing.”
“Lalu setelah kau di Beijing apa yang akan kau lakukan?”
“Aish paboya. Tentu saja menemui Kris Ge. Keunde, Aerin~ah aku butuh bantuanmu.”
“Bantuan apa?”
Jing Fei hanya tersenyum lalu menarik tangan Aerin pergi menuju sebuah Coffe Shop yang tak jauh dari kampusnya. Aerin yang tak tahu apa-apa hanya memandang Jing Fei bingung, dan menuntut penjelasan dari gadis cina tersebut.
“Bisakah kau bantu aku untuk bekerja disini eoh?” pinta Jing Fei sambil melakukan aegyo agar Aerin mau membantunya.
“Tapi..”
“Ayolah Aerin~ah tolong aku. Aku membutuhkan pekerjaan agar mendapat uang untuk pulang ke Beijing. Lagipula bukankah pemilik Coffe Shop ini namja chingumu eoh?”
“Tapi Fei~ah..”
“Kumohon Aerin.”

Karna tak tega dengan sahabatnya itu akhirnya Aerin mau membantu Jing Fei. Kedua gadis itu kemudian masuk kedalam Coffe Shop tersebut dan terus melangkah menuju ruangan sang pemilik Coffe Shop tersebut. Sebelum benar-benar masuk kedalam, Aerin meminta Jing Fei untuk menunggunya diluar.
Beberapa menit kemudian Aerin meminta Jing Fei untuk masuk kedalam. Saat melangkah menuju kedalam Aerin berbisik kepada Jing Fei, “Kau diterima.” Tak ayal hal itu membuat Jing Fei sangat senang. Jika saat itu hanya ada dirinya dan Aerin, Jing Fei tak segan untuk memeluk dan mencium Aerin.

“Jing Fei~ah kau bisa mulai bekerja besok.” Ucap Jong Woon ramah begitu mereka sudah sampai didalam.
Jeongmalyo? Ahh gomawo Aerin~ah, Jong Woon~ah.”

***

“Meja 12, tiga Mochacinno.” Teriak Jing Fei pada berista dimeja pemesanan.

Sudah sebulan Jing Fei bekerja di Coffe Shop milik Jong Woon –pacar Aerin-. Dan hari ini adalah hari penerimaan gaji pertamanya. Sejak berangkat kerja tadi pagi hatinya sudah berbunga-bunga membayangkan ia akan segera berangkat ke Beijing. Kerinduaanya pada Kris sudah tak dapat dibendung lagi.

Setelah menerima gaji pertamanya Jing Fei segera pulang. Sesampainya di apartment Jing Fei mengambil sebuah kotak kayu tempat ia menyimpan semua uangnya hasil dari kerja selama satu bulan ini. Satu bulan terakhir Jing Fei tak hanya bekerja di Coffe Shop, ia memiliki berbagai pekerjaan, mulai dari pelayan disebuah rumah makan, menjadi pelayan di supermarket bahkan sampai menjadi guru privat murid SMA.

Setelah mengeluarkan kotak kayu tersebut, Jing Fei segera menghitung uangnya. Setelah selesai ia tersenyum senang karna ternyata ia memiliki cukup banyak uang untuk pulang ke Beijing. Malam itu juga Jing Fei memutuskan untuk berangkat ke Beijing. Setelah memesan tiket pesawat Jing Fei segera mengemasi pakaiannya dan beberapa barang lainnya kedalam koper.

Jing Fei melangkah pasti saat memasuki bandara Incheon. Bibirnya tak berhenti memasang senyum, membuat wajahnya yang manis semakin terlihat manis. Setelah 10menit menunggu Jing Fei segera masuk kedalam pesawat karna sebentar lagi pesawat akan take off.

***
And the clothes you left
they lie on my floor
And they smell just like you
I love the things that you do

Jing Fei menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Matanya langsung berbinar ketika ia telah sampai dibandara Internasional Beijing. Sambil melangkah keluar, matanya terus menjelajahi tiap sudut bandara ini. Tidak ada perubahan berarti selama lima tahun terakhir.

Setelah sampai diluar bandara, Jing Fei segera menyetop taksi. Selama di Beijing, ia akan menginap dirumah Hwang Liu Yi, teman lamanya. Jing Fei tak mungkin kembali kerumah orang tuanya yang megah itu. Lima tahun lalu saat kabur ke Korea bersama Kris, Jing Fei memutuskan tak akan pernah kembali kerumah orang tuanya.

Jing Fei sudah sampai dirumah Liu Yi. Ia hampir tak mengenali rumah Liu Yi karna rumah itu kini sudah menjadi rumah bergaya minimalis. Untungnya ayunan kecil dihalam depan rumah tersebut mengingatkannya pada rumah Liu Yi.

Dengan ragu Jing Fei melangkah kehalaman rumah tersebut, dipencetnya bel disamping pintu. Tak berapa lama pintu pun terbuka menampilkan seorang gadis cantik berperawakan sedang. Jing Fei hampir manangis ketika melihat Liu Yi untuk pertama kalinya setelah lima tahun. Liu Yi tak kalah terkejut, dengan perasaan kaget dan senang dipeluknya erat Jing Fei.

“Benarkah ini kau Qian Jing Fei?” tanya Liu Yi memastikan setelah Jing Fei melepaskan pelukannya.
“Tentu saja ini aku Liu.” Jawab Jing Fei.
“Ah, masuklah, kau pasti sangat lelah.”
Keduanya pun masuk kedalam rumah Liu Yi. Rumah tersebut terlihat sepi, karna memang hanya dihuni oleh Liu Yi dan kakak laki-lakinya Hwang Zi Tao. Sementara kedua orang tua Liu Yi sudah meninggal enam tahun lalu.
“Kupikir kau tak akan kembali ke Beijing setelah kejadian lima tahun lalu.” Ucap Liu Yi.
“Ada sesuatu yang membuatku harus kembali ke Beijing, lagipula aku sangat merindukan Beijing.” Jawab Jing Fei tersenyum.
***
We were made for each other
Out here forever
I know we were

“Tao gege kemana? Sejak tadi siang aku tak melihatnya.” Tanya Jing Fei sambil mengunyah makan malamnya.
“Dia sedang pergi ke Hongkong, urusan bisnis.” Jawab Liu Yi, sedangkan Jing Fei hanya ber-O ria.
“Ah ya, kau belum bilang apa yang membuatmu pulang ke Beijing.” Lanjut Liu Yi.
“Ah itu, aku harus menemui Kris gege.” Jawab Jing Fei santai. Jawaban Jing Fei tersebut sukses membuat Liu Yi batuk-batuk karna tersedak. “Ni zenme le?” Tanya Jing Fei khawatir sambil memberikan segelas air pada Liu Yi.
“Menemui Kris ge?” Tanya Liu Yi lagi.
“Iya, Weisheme?”
“Ti..tidak apa-apa.”

Entah kenapa Jing Fei merasa ada yang disembunyikan oleh sahabatnya itu. Apalagi wajah Liu Yi terlihat gelisah. Namun Jing Fei berusaha menepis pikiran itu, lebih baik melanjutkan makan malamnya pikir Jing Fei.

***
All I ever wanted was for you to know
Everything I do I give my heart and soul

Jing Fei sedikit menggeliat saat cahaya matahari memasuki kamarnya dan mengganggu tidurnya. Dengan malas ia bangun dan turun kelantai bawah lalu menuju dapur karena mendengar suara berisik dari sana.

“Kau sudah bangun.” Ucap Liu Yi begitu menyadari kehadiran Jing Fei.
“Iya.” Jawab Jing Fei sambil menguap.
“Ah, Liu Yi apa nanti kau mau ikut denganku?” Tanya Jing Fei kemudian.
“Kau mau kemana memang?”
“Aku akan pergi kerumah Kris ge, aku sedikit lupa jalannya jadi daripada aku tersesat lebih baik aku mengajakmu. Kau tak sibuk kan?”
“...” Liu Yi terdiam, wajahnya berubah gelisah seperti tadi dalam.
“Hei, Liu Yi, kau mendengarku eoh?”
“I..iya aku akan ikut.”
Xie Xie Liu Yi.” Ucap Jing Fei tersenyum tulus.

Setelah menghabiskan sarapannya Jing Fei segera mandi dan bersiap-siap. Tak bisa dipungkiri, jantungnya berdegup tak karuan. Berkali-kali dihembuskannya nafas pertanda ia sedang gugup. Semburat merah muncul dipipinya saat ia memikirkan reaksi Kris nantinya ketika mereka berdua.

Jing Fei melangkah keluar, saat ia sudah dihalaman depan dilihatnya Liu Yi sedang termenung didepan mobil. Jing Fei sedikit berteriak saat memanggil gadis itu, lalu dihampirinya Liu Yi.

“Kenapa kau melamun?” Tanya Jing Fei.
“Tidak apa-apa, ayo berangkat.”

Diperjalanan Liu Yi lebih banyak diam. Jing Fei sedikit merasa heran atas perubahan sikap Liu Yi, seingatnya Liu Yi adalah gadis ceria yang tak bisa diam. Dia bisa bicara seharian tanpa henti bila sudah bersama Jing Fei. Namun sikapnya saat ini berubah, seperti bukan Liu Yi yang biasanya. Namun Jing Fei tak terlalu ambil pusing, bayangan akan segera bertemu dengan Kris sudah menyita pikirannya.

Dua puluh lima menit kemudian mereka sudah sampai dirumah Kris, rumah Kris terletak dikawasan elit kota Beijing. Jing Fei tampak sedang menikmati pemandangan rumah-rumah megah melalui jendela mobil. Dulu ia sering diajak Kris bermain-main disini sepulang sekolah. Ya, dulu. Dulu, sebelum ia dan Kris kabur ke Korea karna hubungannya dan Kris tak mendapat persetujuan dari orang tua Jing Fei.

Jing Fei agak ragu begitu ia dan Liu Yi sudah sampai didepan pintu rumah Kris. Sedikit ragu dipencetnya bel rumah Kris. Dipencetnya lagi bel tersebut, namun tetap tak ada seseorang yang membukakan pintu untuknya.

“Fei, mungkin Kris ge sedang pergi. Kita pulang saja ya, besok kesini lagi.” Bujuk Liu Yi.
“Tunggu sebentar Liu, aku yakin pasti ada orang didalam.” Jawab Jing Fei sedikit gelisah.
Lalu dari samping rumah muncul seorang laki-laki berpakaian sedikit lusuh, laki-laki itu mengahampiri Liu Yi dan Jing Fei.
“Mencari siapa?” Tanya laki-laki itu.
“Eum, Kris ge ada?”

Laki-laki itu sedikit mengerutkan keningnya sampai akhirnya ia tersenyum sambil berkata, “Apa kalian teman Tuan Muda Kris? Sekarang Tuan Muda Kris sedang melangsungkan pernikahannya di Hotel Beijing.”
Jing Fei mendadak lemas, kakinya seakan tak mampu menopang tubuhnya. Seperti ada sesuatu yang menghantam tubuhnya, Jing Fei merasakan sesak yang luar biasa dihatinya. Matanya memanas, kepalanya terasa pusing, lalu tiba-tiba semuanya gelap.

***

I can hardly breathe, I need to feel you here with me

Jing Fei mengerjap-ngerjapkan matanya, kepalanya masih terasa sedikit pusing saat ia mencoba bangun. Dilihatnya Lu Yi menatapnya dengan menangis.

“Maafkan aku Fei, maafkan aku.” Ucap Liu Yi penuh penyesalan.
“Harusnya aku memberitahumu lebih dulu Fei.” Lanjut Liu Yi. Jing Fei merasa heran, namun dia langsung teringat tentang pernikahan Kris.
“Empat bulan lalu, Wu Group mengumumkan CEO baru mereka. Aku terkejut, karna ternyata CEO baru itu adalah Kris ge. Aku bertanya-tanya, kalau Kris ge sudah kembali ke Beijing apa kau juga ikut kembali ke Beijing. Aku mencoba menemui Kris ge, namun aku selalu gagal karna jadwalnya yang padat sebagai seorang CEO.” Liu Yi menghentikan penjelasan sejenak untuk menatap Jing Fei yang mulai terisak. Liu Yi hendak tak melanjutkan penjelasan, namun Jing Fei keburu melarangnya.
“Lanjutkan saja Liu.”
“kemudian, satu bulan lalu aku mendapat sebuah undangan pernikahan. Undangan tersebut dari Kris ge. Aku membaca siapa nama gadis yang akan menikah dengan Kris ge, dan ternyata itu bukan namamu. Setelah itu aku mencoba menghubungimu, namun aku sadar aku tak tahu nomor ponselmu, dan aku juga tak tahu alamatmu di Korea.”
“Kita harus kesana Liu.” Ucap Jing Fei sambil mencengkram bahu Liu.
Liu Yi menggeleng pelan, “Jangan Fei.”

Tanpa mempedulikan penolakan Liu Yi, Jing Fei segera mengambil alih kemudi dan melajukan mobilnya menuju tempat pernikahan Kris. Liu Yi menatap Jing Fei sedih, dalam hati ia sungguh menyesal karna tak memberi tahu sebelumnya pada Jing Fei.

Jing Fei segera keluar dari mobil begitu mereka sudah sampai di hotel tempat pernikahan Kris. Liu Yi hanya mengikuti Jing Fei yang saat ini tengah berlari mencari dimana Kris. Jing Fei tak mempedulikan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan heran karna ia berlari sambil menangis.

Langkahnya terhenti didepan Hall Room, yang ia yakini sebagai tempat pernikahan Kris. Namu saat Jing Fei berusaha masuk dua orang penjaga menghalanginya masuk, dan meminta Jing Fei menunjukkan undangannya.

“Minggir, aku harus menemui Kris.” Teriak Jing Fei histeris.
“Maaf Nona, anda harus menunjukkan undangan jika ingin masuk.”

Liu Yi segera merogoh tasnya dan mengambil sebuah undangan berwarna merah muda. Ia bersyukur karna ia ternyata membawa undangan tersebut. Dengan cepat ditunjukkannya undangan tersebut kepada dua penjaga tersebut.

“Maaf membuat kalian menunggu, silahkan masuk nona.”
Sebelum benar-benar masuk kedalam Hall Room, Liu Yi sedikit menarik tangan Jing Fei dan membisikkan sesuatu.
“Kuharap kau tak melakukan hal bodoh Qian Jing Fei.”

When you’re gone
The pieces of my heart are missing you

Jing Fei tak memperdulikan peringatan Liu Yi. Pikirannya sudah terlanjur kalut, dan hatinya sudah terlanjur sakit. Jadi ini yang dibilang Kris sebagai urusan penting? Jing Fei memegang dadanya yang terasa sesak, saat melihat Kris menggandeng seorang gadis yang Jing Fei yakin pasti gadis yang dinikahi Kris.

Jing Fei diam ditempat. Kakinya terasa sulit untuk berjalan, sedangkan air matanya terus mengalir. Ia hanya menatap Kris dan gadis itu dari kejauhan, tatapan matanya sudah memperlihatkan betapa sakit hatinya.
Sementara itu Kris terus berjalan menghampiri tamu undangan sambil menggandeng istrinya mesra. Tiba-tiba nafasnya tercekat saat pandangannya tertuju pada seorang gadis yang berdiri didekat pintu masuk. Kris merasa ada puluhan pisau yang manghujam hatinya saat melihat Jing Fei tengah menatapnya dengan tatapan terluka.

Liu Yi tak tahan melihat Jing Fei yang hanya berdiri mematung sambil menangis. Ditariknya tangan Jing Fei dan membawanya keluar ruangan. Kris yang melihat Jing Fei seger mengejar Jing Fei, setelah meminta ijin pada istrinya untuk keluar dengan alasan pergi ke toilet.
***
When you’re gone
The face I came to know is missing too

“Fei~ah, chamkkaman.” Teriak Kris sambil menarik tangan Jing Fei.
“Lepas ge.” Ucap Jing Fei ketus dengan suara yang bergetar menahan tangis.
“Aku bisa jelaskan semuanya Fei.”
“Tidak ada yang perlu dijelaskan ge, semuanya sudah jelas.”
Mianhae Fei, mianhae.” Ucap Kris lalu menarik Jing Fei kedalam pelukannya. Jing Fei berusaha berontak, namun tubuhnya yang sudah lemas tak mampu melepaskan diri dari pelukan Kris yang kuat. Akhirnya Jing Fei diam, dia hampir merosot jatuh jika Kris tak menahannya.
“Kau jahat ge, jahat. Nappeun neo!” ucap Jing Fei lirih namun masih bisa didengar Kris.
Mianhae Fei.” Hanya itu yang diucapkan Kris. Dengan air mata yang juga mengalir Kris terus mengucapkan kata maaf pada Jing Fei.
Ge, ni weisheme zheyang dui wo? Aku sudah memberikan semuanya padamu ge. Aku bahkan rela menentang orang tuaku dan ikut denganmu ke Korea.”
Mianhae chagi.”
Wae ge? Naega wae?” Ceracau Jing Fei sambil menangis.
“Aku membencimu ge, sangat membencimu.”

Flashback End
***
Suara pintu berderit membuyarkan lamunan Jing Fei, pandangannya tertuju kearah pintu dan melihat sesosok pria dengan tubuh tegap berjalan kearahnya. Pria itu adalah Qian Yi Xing kakak Jing Fei.

“Apa kau sudah siap? Satu jam lagi pesawat kita akan berangkat.” Ucap Yi Xing sambil membelai sayang rambut adiknya.
“Tapi ge, diluar masih hujan.”
“Aku tau, tapi Mama dan Papa sudah tak sabar ingin segera bertemu denganmu. Mereka sangat merindukanmu Fei.”

Jing Fei hanya mengangguk. Setelah Yi Xing keluar dari kamarnya, Jing Fei segera mandi dan bersiap siap. Setelah kejadian tiga minggu lalu Jing Fei memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Kris dan melupakan Kris yang sudah bersamanya selama hampir delapan tahun. Sebelum kembali Korea Jing Fei memberanikan diri menemui kedua orang tuanya dan meminta maaf atas semua kesalahannya. Orang tua Jing Fei tentu saja memaafkannya dan mau menerima Jing Fei kembali. Lalu mereka mengajak Jing Fei untuk pindah ke Vancouver Kanada.

Jing Fei kembali menatap tiap ruangan di apartmentnya yang dulu pernah ditinggalinya bersama Kris selama lima tahun. Dengan berat Jing Fei melangkah keluar mengikuti kakaknya.
Dalam hati Jing Fei berkata, “Xie Xie Kris ge, untuk semua yang telah kau berikan padaku. Sejujurnya aku berbohong saat aku mengatakan bahwa aku membencimu. Sampai saat ini aku masih sangat mencintaimu. Tapi, mungkin ini memang takdir yang harus kita jalani. Selamat tinggal ge.”

When you’re gone
The words I need to hear will always get me through the day
And make it OK
I miss you 

END

Hwaaaahh akhirnya selesai juga ff ini. Mianhae kalo gak dapet feel, banyak typo dan ceritanya sedikit aneh. Mian juga kalo ada bahasa mandarin yang salah, maklum author masih dalam tahap belajar bahasa mandarin hehe *alibi. Kritik dan komen author terima dengan lapang hati J

Keterangan :
1.      Weisheme = Kenapa?
2.      Wo Ai Ni = Aku cinta kamu
3.      Neo eodiga = Kamu dimana?
4.      Zai zhe li = Aku Disini
5.      wǒ jiào Qian Jing Fei, Kris Ge nan pengyou = Aku Qian Jing Fei, pacar Kris.
6.      Ni zenme le? = Kamu kenapa?
7.      Xie Xie = terima kasih
8.      Ge, ni weisheme zheyang dui wo? = Kenapa kau bersikap seperti ini padaku?

1 komentar:

  1. Ddaebakk thor. Tapi klo aku boleh aku mau kasih tau vocab mandarin yg salah.
    Nan Pengyou : itu memang artinya pacar. Tapi pacar cowok bukan pacar cewek. Klo pacar cewek
    Nü pengyou dibaca ni pengyou. Udh aku cma mau ksih tw itu.

    BalasHapus